Jumat, 13 Maret 2015

Sepotong Cerita Cita-cita

0

Farah terus berjalan dengan tidak bersemangat menyusuri taman dikomplek yang berada tidak jauh dari rumahnya, dia merasa sperti sudah tidak mempunyai arah dan tujuan hidup lagi.setiap yang dia lakukan selalu mengalami kesulitan dan langkah terakhir yang dia lakukan selalu saja menyerah dan pasrah pada keadaan.
Tanpa sengaja Kemudian dia memperhatikan seorang wanita duduk bersama dengan anak perempuannya yang kira-kira masih berusia 7 tahun. gadis kecil itu masih kelihatan sangat lugu dan polos sekali. sesekali dia tersenyum kepada ibunya.
 "Ibu, kenapa kita harus punya cita-cita?"
 "Kenapa kamu bertanya seperti itu?"
 "karena setiap orang yang hidup pasti punya cita-cita. termasuk kamu. memangnya kalau sudah besar cita-cita kamu mau menjadi apa? 
"mau jadi seperti ibu"
 "kenapa?"
 "karena ibu hebat"
 "apakah ada yang memaksa kamu untuk menjadi seperti ibu?"
 "tidak ada"
 "kalau begitu begitu berarti cita-cita itu datang dan lahir dari diri kita sendiri tanpa kita minta. Jadi cita-cita itu adalah ingin jadi apa kamu suatu hari nantidan itu datangnya dari hati. anak itu masih kelihatan bingung dengan jawaban ibu nya.
 "apakah ada orang yang tidak punya cita - cita ibu?"
 " sepertinya tidak ada, yang ada itu hanya orang yang mengubur sendiri cita-citanya dan tidak mau berusaha untuk mewujudkannya" wanita itu dengan sabar menjelaskan agar anaknya memahami maksud dari yang ia sampaikan.
 "kalau begitu aku mau tambah cita-cita" 
"kenapa?"
 "supaya kalau cita-cita aku yang tadi tidak berhasil aku masih punya cita-cita yang lain, bisa kan ibu kalau aku punya cita-cita yang banyak?" 
"tentu saja bisa asal kamu mau berusaha dan tidak menyerah."
 "apa pasti kalau aku berusah terus cita - cita itu akan tercapai?"
 "ya, tentu, kegagalan itu adalah proses kamu belajar, dengan banyak nya kegagalan yang kamu rasakan maka semakin banyak pelajaran yang akan kamu dapatkan." 
"kalau begitu aku mau terus berusaha" anak itu tersenyum. ibu itu tersenyum kepada anaknya dan mengusap rambut anaknya. 
Farah kemudian merasa tertampar oleh percakapan antara ibu dan anak itu. selama ini dia hanya mengubur cita-citanya dia bukan tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas, hanya saja ia melupakan bahkan mengubur cita-cita nya . kemudia Farah meneteskan air matanya, menyesal selama ini ia hanya menyia-nyiakan waktu yang ada hanya untuk menyesali kegagalannya.

0 komentar:

Posting Komentar