Aura mengenakan dress kesukaannya, dress lengan panjang selutut ,warna tosca dengan lengan warna putih bermotif polkadot warna hitam . dress itu tampak cantik sesuai dengan umurnya yang sudah menginjak usia remaja yaitu 16 tahun. Rambut lurusnya yang panjang dibiarkan tergerai.Aura mengenakan sepatu kets dengan warna dan model yang senada.
Aura tampak sangat cantik sekali dengan pakaian yang ia kenakan.
Setelah semuanya selesai Aura keluar dari kamarnya dan menghampiri bunda nya yang sejak tadi sudah menunggu di mobil. Bunda nya sangat memaklumi Aura karena setiap ia akan berjumpa dengan ayahnya dia pasti akan berdandan sangat lama sekali.
"Ayo bun kita berangkat"
Mobil pun melaju menuju ke Bandara, cukup waktu setengah jam untuk sampai ke bandara.
Setibanya dia bandara Aura segera turun dan menuju pintu keluar penumpang yang baru datang.
terlihat sudah banyak sekali orang-orang yang berkerumunan menunggu kedatangan sanak famili nya.
"Ayah mana ya bun, kok tidak kelihatan"
"Ayah mungkin belum keluar, kan tadi kita kecepatan perginya"
Bundanya tersenyum melihat tingkah Aura yang sudah tidak sabar ingin bertemu ayahnya.
"Mungkin saja begitu"
"Yuk kita duduk disana"
Setelah menunggu sekitar 15 menit akhirnya satu persatu penumpang yang baru datang keluar, Aura segera berdiri dan celingak-celinguk mencari ayahnya. kemudian sosok yang Aura cari-cari pun keluar Ayahnya tersnyum dengan penuh wibawa. Aura berlari menuju ayahnya dan langsung memeluk ayahnya dengan erat, seakan sudah bertahun-tahu tidak berjumpa. Bunda nya tetap berada disana menyaksikan kedekatan antara anak dan ayahnya,
"Ayah,Aura sama bunda sudah 15 menit menuggu ayah."
"kamu sih kecepatan menjemput ayah" ayah tertawa kecil.
"nama nya juga sudah rindu sama ayah". Aura sedikit cemberut, kemudian ayah mengusap kepala Aura.
Aura baru menyadari ternyata sejak tadi ayahnya menggandeng seorang nenek yang umurnya kira-kira 68 Tahun, Rambutnya disanggul sangat rapi sekali. Nenek itu tersenyum kepadanya. Aura dengan ragu tersenyum kepada nenek itu. Bundanya pun segera menghampiri mereka. Bundanya mencium tangan ayahnya, kemudian bundanya juga mencium tangan nenek itu.
"Aura, ayo cium tangan nenek" bunda menarik tangan Aura. Aura pun menuruti perkataan bundanya.
Dia mencium tangan nenek itu.
"Kenapa tidak dari tadi kamu mencium tanganku, seharusnya apabila ada orang yang lebih tua dari kamu, kamu harus bersikap hormat." Nenek itu berkata dengan senyum sinis.
Aura seketika tersentak kaget mendengar perkataan nenek itu barusan, ternyata nenek ini galak sekali, pikir Aura, tidak seperti wajahnya yang lembut.
Aura kemudian terdiam. Seketika semangatnya bertemu ayahnya menjadi hilang. Kemudain mereka pun pulang. di perjalanan Aura hanya diam saja, sesekali ia melirik kearah nenek tersebut.
Stibanya dirumah Aura segera masuk kekamarnya. sepertinya Ayah memahami perubahan sikap anaknya, Ayah nya segera menyusul Aura kekamar, sementara Bundanya dan Nenek itu bercerita di ruang keluarga. Ayah membuka pintu kamar Aura dengan pelan.
"Kenapa ayah membawa nenek galak itu? dia siapa?" Aura menyadari kedatangan ayahnya.
Ayahnya segera menghampiri Aura yang duduk diatas kasur memeluk boneka Teddy Bear besar warna coklat kesayangannya .
Ayahnya kemudian duduk dihadapannya.
"Nenek itu adalah ibu dari teman ayah yang meninggal 5 bulan yang lalu. teman ayah itu pernah berpesan agar ayah menganggap ibunya sepeti ibu ayah sendiri."
"Tapi almarhum nenek kan baik, tidak galak seperti nenek itu, lagian apa nenek itu tidak punya Suadara yang lain?"
"Anaknya cuma satu itu. Sementara suaminya sudah lama meninggal. Dan saudaranya yang lain semuanya berada jauh di luar pulau, lagian nenek itu tidak galak kok, nenek itu cuma tegas dan disiplin saja.
"Tapi tetap saja nenek itu galak yah". Mata Aura mulai berkaca-kaca.
Tak lama kemudian bundanya masuk untuk memberitahu bahwa untuk malam ini nenek itu harus tidur bersamanya. karena kamar yang satu lagi lampunya rusak akibat sudah lama tidak dipakai.
Air mata Aura pun akhirnya tumpah, ia tidak bisa membayangkan harus sekamar dengan nenek-nenek galak. Kemudian ayah memeluk Aura.
"Anak ayah kan sudah besar, sebentar lagi sudah mau 17 tahun. masa kalah sama nenek-nenek." ayah kemudian tertawa dan mencium kening Aura.
Aura kemudian tersenyum, mendengar perkataan ayahnya. kemudian Aura menghapus air matanya. setelah itu ayah dan bunda pun keluar. tak lama nenek itu masuk.
"Ternyata disini kamar si anak manja" nenek itu meletakkan tas bawaannya. dan langsung menyusun barang-barang nya di bagian kosong lemari Aura.
Aura menatap sinis kearah nenek itu. "Kamu tidak perlu menatap ku begitu, aku tadi sudah izin sama ibu mu. dasar anak manja" nenek itu kembali tersenyum sinis.
Hari-hari Aura serasa bagaikan di neraka semenjak kehadiran nenek itu nenek yang kemudian diketahui bernama Rosna. Nenek itu selalu mengatur hidup Aura apa yang aura lakukan kebanyakan selalu salah dimata nenek itu.
^bersambung ke part II^
0 komentar:
Posting Komentar